BAHASA INDONESIA
PENGHANTAR STUDI AKHLAK
( KALANGAN ANAK & REMAJA )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Indrya Mulyaningsih, M.Pd
Achmad Fauzi ( 14121110027 )
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI – A)
Fakultas Tarbiyah
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup
beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang
senantiasa salah, sesat dan
menyesatkan.akan tetapi
manusia adalah makhluk yang diberikan dan dibekali oleh Allah akal dan nafsu. ditambah lagi
dengan qalbu kesinambungan akal dan nafsu disertai dengan hati yang bersih
menjadikan manusia mendapatkan derajat yang tinggi dari malaikat.
Kalau kita tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu
datang, kita dapat temukan refernsi-referensi tentang bejad dan tercelanya
sifat para kaum-kaum jahiliyah yang tidak mempunyai peradaban yang murni. mereka hanya
mengumbar nfsu belaka tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua
adalah disebabkan oleh tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah
SWT mengutus seorang Nabi yang merupakan Nabi dan Rasul terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk
menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri
sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق
Artinya: ‘‘Sesungguhnya aku (Muhammad) di utus untuk
menyempurnakan akhlak’’
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa
benar-benar Nabi Muhammad
SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini,
karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti.Maka dengan
adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini terbukti adanya perubahan yang
sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi zaman terang
benderang.Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena benar-benar pengaruh
nabi Muhammad begitu terasa.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di
rumuskan masalah sebagai berikut.
1. Pengertian
akhlak yang di lihat dari segi bahasa. ?
2. Ciri-ciri
akhlak yang islami. ?
3. Macam-macam
akhlak. ?
C. Tujuan Penulisan
Secara umum Diharapkan baik penyusun maupun pembaca
dapat lebih memahami dan menerapkan perihal Akhlak dalam kehidupan
sehari-hari.Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi contoh yang
baik bagi lingkungannya.Selain itu juga sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Hadits I, agar telaksana tujuan pendidikan yang diharapkan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
PENGHANTAR
STUDI AKHLAK
A.
Pengertian
Akhlak
Dilihat
dari sudut (etimologi), pengertian akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dan
kata khluk.Khluk di dalam kamus al-Munjid budi pekerti , perangai,
tingkah laku dan tabiat. Asmaran (1992 :
2 )
“Al-Khluk ialah sifat
yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Jadi
pada hakikatnya khluk ( budi pekerti
) atau akhlak ialah suatu kondisiatau sifat yang telah meresapdalam jiwa dan
menjadi keperibadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan
cara sepontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelekuan yang baik dan terpuji menurut pandangan
syariat dan akal pikiran, maka ia di namakan budi pekerti mula dan sebaliknya
apabila yang lahir kelekuan yang buruk,maka disebutlah budi pekerti yang
tercela.
Menurut Ahmad Amin ( 1975
: 62 ) menyatakan
“bahwa Akhlak ialah kebiasaan
kehendak.” Ini bererti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak. Contoh nya, bila kehendak itu dibiasakan
memberi , maka kebiasan itu ialah akhlak dermawan.”Dekat dari batas arti (
dinifition ) ini, perkataan setengah dai mereka : akhlak ialah menangnya
keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-turut.
Di dalam Ensiklopedi pendidikan dalam Asmaran (
1992 : 2 )
dikatakan “bahwa Akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan ( kesadaran etik dan moral ) yaitu kelekuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan
terhadap manusia.”
Ahmad Amin, dalam Asmaran
( 1992 : 5 )
menerangkan “bahwa Ilmu Akhlak ialah
ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh seorang manusia kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus
dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk
melekukan apa-apa yang harus di perbuat.”
Ya’qub,Hamzah ( 1983 : 12
),”Dalam
bukunya etika Islam mengemukakan
pengertian ilmu akhlak mengatakan :
Adapun pengertian sepanjang
terminology yang dikemukakan oleh ulama akhlak antara lain :
a. Ilmu Akhlak adalah Ilmu
yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan yang
tercela, tentang perkataan atau perbuatan menusia lahir dan batin.
2
b. Ilmu Akhlak adalah Ilmu
pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, Ilmu yang
mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.”
Secara
epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai
dengan para ahli tasawuf diantaranya :
- Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut:
حَالً لِلنَّفْسِ
دَاعِيَةٌ لهَاَ اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.
2. Imam
Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ
عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلَافْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ
وَيُسْرٍمِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُوِيَّةٍ
Artinya:
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan
pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.
3. Prof. Dr.
Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah” atau
kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang
berbunyi:
عَرَفَ بَعْضُهُمْ
اْلخُلُقَ بِأَنَّهُ عَادَةُ اْلِارَادَةِ يَعْنِى أَنَّ اْلِإرَادَةَ اِذَا اعْتَادَتْ
شَيْأً فَعَادَتُهَا هِيَ الْمُسَمَّاةُ بِالْخُلُقِ
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang
disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan
sesuatu, maka kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
Makna
kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan bahwa
kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang,
sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah
melakukannya.Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan,
dan gabungan dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun
ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak
berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga
Prof. Kh. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai
berikut:
“Kehendak
jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
3
Dari
pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa Ilmu Akhlak ilmu yang membahas
perbuatan manusia dan mengajarkan perbuatan baik yang harus dikerjakan dan
perbuatan jahat harus dihindari dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan
makhluk ( Alam ) sekelilingnya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
nilai-nilai moral.
Dalam
pembahasan akhlak atau Ilmu akhlak ada beberapa istilah yang sering di gunakan
untuk mengatakan akhlak atau ilmu akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah :
1. Etika
Perkataan etika berasal
dari bahasa yunani ethos yang bererti adat kebiasaan. Dalam pelajaran filsafat,
etika merupakan bagian dari padanya. Di dalam Ensiklopedi Pendidikan
diterangkan bahwa etika adalah filsafat tenteng nilai, kesusilaan tentang baik
dan buruk. Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari
tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut. Maka ukuran
untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Dengan kata lain akallah orang
dapat menentukan baik buruknya perbuatan manusia.
Ya’qub, Hamzah ( 1983 : 13 ), menyimpulkan /
merumuskan : “Etika ialah Ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang
buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui
oleh akal pikiran.
a. Tujuan
Mempelajari Etika
“Tujuan adalah sesuatu
yang dikehendaki, baik individu maupun kelompok.tujuan etika yang dimaksud
merupakan tujuan akhir dari setiap aktivitas manusia dalam hidup dan
kehidupannya yaitu untuk mewujudkan kebahagiaannya.Tujuan utama etika yaitu
untuk menemukan, menentukan, membatasi dan membenarkan kewajiban, hak cipta
moral dari individu dan masyarakatnya, baik masyarakat pada umum, khususnya
masyarakat profesi.” Rahmaniyah ( 2010 :
62 ).
“aliran yang sepaham
untuk mencapai kebahagiaan adalah aliran Hedonisme. Aliran ini berpendapat
bahwa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan. Kesenangan
dimaksudkan sebagai kebahagiaan, tanpa derita dan kebahagiaan terbesar
tertinggi.” Mudlor ( hal: 32).
b. Fungsi
Etika
“Etika sebagai suatu
ilmu, merupakan suatu cabang ilmu dari filsafat. Sifatnya peraktis, normatif
dan fungsional, sehingga dengan demikian merupakan suatu ilmu yang langsung
berguna dalam pergaulan hidup sehari-hari. Etika juga dapat menjadi asas dan
menjiwai norma-norma dalam kehidupan, disamping sekaligus memberikan penilaian
terhadap corak seseorang sebagai manusia. Burhanuddin
( 1997 : 13 ).
I
Gede A.B Wiranata dalam Rahmaniya ( 2010 : 64 ) menuliskan, “beberapa pendapat
para ahli tentang fungsi etika, di antaranya adalah Rohaniawan Franz Magnis
Suseno, ia menyatakan bahwa
4
etika berfungsi untuk
membantu manusia mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan dengan
moralitas yang membingungkan. Etika adalah pemikiran sistematis dan yang
dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan,melainkan suatu pengertian yang
lebih mendasar dan keritis.”
c. Macam-macam
Etika.
Dalam membahas etika
sebagai ilmu yang menyelidiki tnggapan kesusilaan atau etis,yaitu sama halnya
dengan berbicara moral ( mores ).
Muslich
dalam Rahmaniyah ( 2010 : 66 )”
Nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika,terdapat dua macam
etika, yaitu :
§ Etika Deskriptif
Etika Deskriptif ialah
etika di mana objek yang dinilai ialah sikap dan perilaku manusia dalam
mengejar tujuan hidupnya sebagai mana adanya, ini tercemin pada situasi dan
kondisi yang telah mempubotensi di masyarakat secara turun temurun.
§ Etika Normatif
Etika normatif yaitu
sikap dan perilaku manusia atau masyarakat sesuai dengan norma dan moralitas
yang ideal. Etika ini secara umum dinilai memenuhui tuntunan dan perkembangan
dinamika serta kondisi masyarakat. Ada tuntunan yang menjadi acuan bagi umum
bagi semua pihak dalam menjalankan perikehidupan.”
d. Faktor-
faktor Yang Memepengaruhi Etika
Segala perbuatan dan
tindakan manusia yang memiliki corak berbeda antara yang satu dan yang lainnya,
pada dasarnya merupakan adanya pengaruh dari dalam manusia dan motivasi yang
disupai dari luar dirinya. Untuk itu ada beberapa yang turut mempengaruhi dan
motivasi seseorang dalam berpilaku dan beretika, di antaranya yaitu :
·
Insting
( Naluri )
Isting adalah seperangkat
tabiat yang di baea manusia sejak lahir. Menurut
james dalam M. Yatim ( 2007 : 76 ) “isting adalah sifat yang menyampaikan
pada tujuan akhir.” Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan
dibimbing oleh nalurinya. Dalam insting terdapat tiga unsur kekuatan yang
bersifat psikis, yaitu mengenal ( kognis ), kehendak ( konasi ), dan perasaan (
emosi ). Unsur-unsur tersebut juga terdapat pada bintang. Insting yang berarti
juga naluri, merupakan dorongan nafsu yang timbul dalam batin untuk melekukan
suatu kecenderungan khusus dari jiwa yang di bawa sejak ia dilahirkan.
Adai ( kebiasaan ) adalah
setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.
Sahilum
( 1999 : 48 )
menyatakan “ semua perbuatan baik dan buruk itu menjadi kebiasaan karena adanya
kecenderungan hati terhadapnya dan menerima kecenderungan tersebut dengan di
sertai perbuatan berulang-ulang secukupnya.”
5
Maka sifat dari adat
kebiasaan itu sendiri adalah mudah mengerjakan pekerjan yabg sudah dibiasakan
tersebut. Tidak memakan waktu dan perhatian dari sebelumnya.
·
Pola
Dasar Bawaan
Dahulu orang beranggapan
bahwa manusia di lahirkan dalam keadaan yang sama, baik jiwa maupun bakatnya.
Kemudian faktor pendidikan yang dapat mengubah mereka menjadi berlainan satu
dengan lainnya. Di dalam ilmu pendidikan, dia mengenal perbedaan pendapat di
antara aliran nativisme. Aliran ini berpendapat bahwa seseorang itu ditentukan
oleh bakat yang di bawa sejak lahirnya. Pendidikan tidak bisa mengubah
perkembangan jiwa seseorang. Sedangkan menurut perkembangan empirisme seperti
yang dikatakan John Lock dalam teori tabula rasa, bahwa perkembangan jiwa anak
tersebut mutlak ditentukan oleh pendidikan atau faktor lingkunga.teori
konvergensi berpendapat ahwa faktor dasar dan ajar bersama-sama membina perkembangan
jiwa manusia. Pola dasar manusia mewarisi beberapa sifat tertentu dari kedua
orang tuanya, bisa mewarisi sifat-sifat jasmaniah, juga mewarisi sifat-sifat
rohaniahnya.
·
Lingkungan
Salah satu aspek yabg
juga memberikan sumbangan terhadap terbentuknya corak dan tingkah laku
seseorang adalah faktor lingkungan di mana ia berada. Lingkungan adalah ruang
lingkup yang berinteraksi dengan lisan yang dapat berwujud benda-benda seperi
air, udara, bumi, langit, dan matahari. Lingkungan manusia, yaitu segala sesuatu
yang mengelilinginya seperti gunung, lautan, udara, sungai, negeri,
perkampungan, dan masyarakat sekitarnya. Lingkungan terdiri dari jua jenis
yaitu , lingkungan alam dan lingkungan pergaulan ( sosial ).
2. Moral
“Perkataan moral berasal
dari bahasa latin mores yaitu jamak
dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelekuan”. ( Poerwadarminta : 1982 : 654).
Menurut
Hornby dalam Asmaran ( 1992 : 8 ) di dalam “The
Advanced Leaner’s Dictionary of current English di kemukakan beberapa
pengertian moral sebagai berikut :
a.
Concerning
principles of right and wrong,
b.
Good
and virtuous,
c.
Able
to understand the difference between right and wrong,
d.
Teaching
or illustrating good behavior.
Artinya :
a.
Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan benar dan salah,
b.
Baik
dan buruk,
c.
Kemampuan
untuk memehami perbedaan antara benar dan salah,
d.
Ajaran
atau tingkah-laku yang baik.
Dalam
keterangan di atas, moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan
batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk,
benar atau salah. Dalam kehidupan
sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah-laku yang baik disebut
orang yang bermoral .
6
Dalam hal ini ya’qub,Hamzah ( 1983 : 14 ) menyatakan.”yang di
maksud moral ialah sesuai dengan
ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia mana yang baik dan wajar.”
Perbedaan lain antara
etika dan moral, yakni etika lebih banyak bersifat teoritis sedang moral lebih
banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah-laku manusia secara universal
(umum), sedang moral secara local. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan
ukuran itu.
3. Kesusilaan
Setelah istilah-istilah
di atas, di dalam bahasa Indonesia untuk membahas buruk-baik tingkah-laku manusia
juga sering digunakan istilah kesusilaan.Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari
kata Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berati baik,bagus dan Sila
berate dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan, susila berate sopan, berdab,
baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Ini menunjukan bahwa
kesusilaan bermaksud membimbing manusia agar hidup sopan sesuai dengan
norma-norma tata susila. (
Poerwadarminta : 1982 : 982 ).
B. Ciri-ciri Akhlak Yang Islami
Persoalan
“Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-Qur’n dan
Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan
sehari-hari bagi manusia.Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi
informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus
bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji
atau tercela, benar atau salah.
Kita
telah mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang
berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah pada
nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Akhlak
islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepercayaan kepada
Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri.
Dengan demikian, dasar/sumber pokok daripada akhlak islam adalah Al-Qur’an dan
Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama islam itu sendiri.
Dinyatakan
dalam sebuah hadits Nabi:
عَنْ اَنَسِ بْنِ ماَلِكٍ قَالَ النَّبُّى صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا ماَ تَمَسَّكْتُمْ
بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ وَرَسُوْلِهِ
Artinya:
“ Dari
Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu
sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak
akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Memang
tidak disangsikan lagi dengan bahwa segala perbuatan/tidakan manusia apapun
bentuknya pada hakikatnya adalah bermaksud untuk mencapai kebahgiaan (saadah),
dan hal ini adalah sebagai “natijah” dari problem akhlak. Sedangkan saadah
menurut system moral/akhlak yang agamis (islam), dapat dicapai dengan jalan
menuruti perintah Allah yakni dengan menjahui segala larangan Allah dan
mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar
hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.
7
Sehubungan
dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak Islam
berkisar pada:
- Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa kini maupun yang akan datang.
- Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya, membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap akhlak seorang muslim. Ia memberi sangsi terhadap akhlak dalam kecintaan dan kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
- Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala pengabdiannya kepada Allah.
- Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi menegakkannya, dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral sesuai dengan bisikan hati nurani , yang menurut kodratnya cenderung kepada kebaikan dan membenci keburukan.
C. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak
kepada Allah
Beberapa
akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk kepada kholiq-Nya,
diantaranya:
- Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai denganperintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
- Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
- Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan penerapan akhlak dalam Kehidupan.
- Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
- Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu idak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
Seorang
muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya dengan
perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta nasihat
kepada Rasulullah saw, lalu Rasulyllah memberinya nasihat singkat dengan
mengingatkan.
8
“Janganlah kamu menjadi manusia musyrik,
menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, meski kamu harus menerima resiko
kematian dengan cara dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi dua“.
(HR. Ibnu Majah).
2.
Akhlak kepada Diri Sendiri
Adapun
Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:
- Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
- Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
- Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3.
Akhlak kepada keluarga
Akhlak
terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat
baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak
dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai
ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah
lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika
sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Komunikasi
yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua
dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan
lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus
menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari
komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan
keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara
mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi
betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga
bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan
dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai
landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
4.
Akhlak kepada Sesama Manusia
Berakhlak
baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa kasih sayang dan
hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mukmin
yang paling sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling
baik diantara kamu ialah mereka yang paling baik terhadap isterinya“. (HR.
Ahmad).
9
D.
Dasar
Berbuatan Baik
Akhlakul karimah, tingkah
laku yang mulia atau perbuatan yang baik adalah cerminan dari iman yang benar
dan sempurna. Dengan istilah lain, yang menjadi dasar utama dari perbuatan baik
itu adalah iman yang benar dan sempurna itu. Untuk menciptakan iman dimaksud
dapat dicapai dengan memperbanyak amal saleh dan tingkah laku yang mulia. Ini
dapat dilakukan dengan baik, jika ia melatih diri berbuat baik dan mulia
tersebut. Oleh itu faktor pendidikan dan latihan menjadi pembahasan khusus
dalam ilmu akhlak.
“Di
antara para ahli mengatakan bahwa akhlak itu adalah instinct ( garizah )yang di
bawa sejak lahir. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa akhlak itu merupakan
hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh potensi yang
dimiliki manusia yang merupakan pembawaannya sejak lahir. Jika pendidikan itu
benar, yaitu menuju kebaikan, maka lahirlah perbuatan baik dan jika pendidikannya
salah, maka lahirlah perbuatan yang tercela. Jadi sebenarnya yang menjadi dasar
perbuatan baik adalah pendidikan dan latihan untuk selalu berbuat baik”. ( Asmaran : 1992 : 44 )
Akhlak
yang baik itu tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, dengan intruksi dan
larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup seorang
guru mengatakan
kerjakan ini dan jangn
kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerluka pendidikan yang panjang dan
harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan
harus diusahakan dengan contoh teladan yang baik dan nyata.
Rasulullah
SAW, adalah contoh teladan yang baik di kalangan sahabatnya, beliau menenamkan
perangai yang mulia dengan perilaku yang mulia pula, di samping beliau menanamkan
dengan memberikan nasehat dan pelajaran. Abdullah Bin Amar pernah mengatakan:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW,
bukan seorang yang keji dan tidak pernah berkata keji, tetapi beliau berkata :
sebaik-baiknya kamu adalah orang yang lebih baik akhlaknya”. ( H.R. Bukhari ).
Dengan
memperhatikan uraian di muka dapat diketahui bahwa budi pekerti yang baik itu
memeng dapat dicapai dengan jalan melatih diri yakni mula-mula dengan
memeksakan diri untuk berbuat sesuatu yang dapat menimbulkan budi pekerti dan
akhlak yang baik, hingga akhirnya menjadi watak dan tabiatnya sehari-hari
dengan ini dia dengan gampang dan mudah untuk berbuat kebaikan. Tabiat tersebut
merupakan sifat atau kondisi mental yang menjadi sadar perbuatan itu.
E.
Melatih
Anak-anak Berakhlak Baik
(
Al-Ghozali : 1975 : 102 )
“Melatih anak-anak untuk berakhlak yang baik, pada dasarnya adalah tanggung
jawab orang tua mereka. Pendapatnya ini ia mengutip ayat Quran, “Hai,
orang-orang yang beriman, selamatkanlah dirimu dari keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya ialah manusia dan batu.” Dia juga mengutip hadits untuk
menyakinkan bahwa melatih anak-anak untuk berkhlak baik itu adalah kewajiban
yang mengikat orang tua.
10
Metoda latihannya sama
dengan cara melatih orang dewasa untuk berakhlak baik. Namun, titik berat pada
kedua metoda itu berbeda : dalam hal orang dewasa, merupakan metoda dasar
mencapai akhlak yang baik, dan oleh sebab itu mendapat tekanan lebih besar
ketimbang pergaulan, tetapi dalam khasus anak-anak sebaliknya, melindungi
mereka dari pergaulan buruk dianggap sebagai dasar ( ashl ) latihan untuk anak-anak berakhlak yang baik. Hal ini karena
bagian besar pengajaran untuk mereka adalah melalui peniruan.
“Jika
orang tua membiasakan yang baik-baik pada anaknya dan mengajarkan yang baik itu
kepadanya, anak itu akan tumbuh di atas kebaikan. Cara memelihara anak itu
dengan mendidiknya, melatihnya, dan mengajarinya akhlak pekerti yang baik,
mencegah berteman dengan orang-orang dan anak-anak yang jahat, tidak
membiasakan memanjakanya dan tidak menyediakan perhiasan atau sarana untuk
kenyamanan hidup yang disukainya, kalau tidak demikian, anak itu jika bertambah
usianya akan menghabiskan waktunya mencari kesenangan tersebut dan oleh sebab
itu rusaklah jiwanya sepanjang masa.”
F.
Pembinaan
Akhlak anak Remaja
Dengan
pembinan akhlak ingin dicapai terwujudnya manusia yang idealanak yan g bertakwa
kepada Allah SWT dan cerdas. Di dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak
tersebut dititik beratkan kepada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak
mengalami penyimpangan. Dengan demikian akan mencega terjdinya “Juvenile
Delinquency”,
sebab pembinaan akhlak
berarti bahwa anak remaja dituntun agar belajar memiliki rasa tanggung jawab.
Yang dimaksud dengan ia telah bertanggung jawab, bahwa ia telah mengerti
tentang perbedaan antara yang benar dengan yang salah, yang boleh dan yang
dilarang, yang di anjurkan dan yang dicegah, yang baik dan yang buruk, dan ia
sadar bahwa ia harus menjahui segala yang bersifat negaif dan mencoba membina
diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif.
Prof.W.A. Bonger dalam Sudarsono
( 1989 : 149 )
dalam kitab kecilnya “Inleiding tot de criminologi” antara lain mengemukakan,
kejahatan anak-anak dan pemuda-pemuda sudah merupaka bagian yang besar dalam
kejahatan. Berdasarkan prof.W.A. Bonger dalam sudarsono dapat dipahami
bahwa”penanggulangan kenakalan remaja baik secara “moralistik” maupun “ abolisionistik”.
Ø Moralistik, menyebar luaskan di
kalangan anak-anak remaja beberapa sarana untukmemperteguh moral dan mental
anak remaja agar dapat terhindar dari dorongan nafsu ingin berbuat jahat,
sarana tersebut adalah ajaran-ajaran agama, etika budi pekerti, norma-norma
sosial.
Ø Abolisionistik, berusaha mencegah
kemungkinan timbulnya kenakalan remaja dengan meniadakan faktor-faktor yang
terkenal sebagai penyebab timbulnya kenakalan remaja. Umpamanya memperbaiki
ekonomi rakyat untuk menjegah kenakalan remaja yang di sebabkan tekanan ekonomi
( pengaruh kemiskinaan dan keleparan ) mempertinggi kebudayaan dan memperbaiki
peradaban. ( Sudarsono : 1989 : 150 )
11
SIMPULAN
Asmaran
(1992 : 2 )
Dilihat dari sudut (etimologi), pengertian akhlak (bahasa arab) adalah bentuk
jamak dan kata khluk.Khluk di dalam kamus al-Munjid budi pekerti , perangai,
tingkah laku dan tabiat.
Akhlak
adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama
makhluk.Akhlak ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul
karimah seorang manusia.Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah
Rasulullah S.A.W.
Anas bin
Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.”(HR.Bukhari
dan Muslim).
1.
Etika,
Ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
2.
Moral,
merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas
manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk, benar atau salah. Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa
orang yang mempunyai tingkah-laku yang baik disebut orang yang bermoral .
3.
kesusilaan
sama dengan kesopanan. Ini menunjukan bahwa kesusilaan bermaksud membimbing
manusia agar hidup sopan sesuai dengan norma-norma tata susila.
12
DAFTAR PUSTAKA
Asmaran,
1992. Penghantar Setudi Hadits. Cipta
prakarsa. Jakarta.
Amin,
Ahmad. 1975. Etika Ilmu Akhlak. NV
Bulan Bintang. Jakarta.
Burhanuddin,
Salam. 1997. Etika Individual. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Hamzah,
ya’qub. 1983. Etika Islam. CV.
Diponogoro.
Mudlor, Ahmad. ( tanpa
tahun ). Etika Dalam Islam.
Al-Ikhlas. Surabaya.
Poerwadarminta. 1982. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Jakarta.
Rahmaniyah,
Istighfarotur. 2010. Pendidikan Etika.
Aditiya Media. Malang.
Sudarsono, 1989. Etika Islam Dalam Kenakalan Remaja. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Sahilum, A.Nasir. 1999.
Tujuan Akhlak. Al-Ikhlas. Surabaya.
M. Yatimin, Abdullah.
2007. Studi Akhlak. Amzah. Jakarta.
13